Analisis Shift - Share Klasik untuk Provinsi Sumatera Barat, 2001 dan 2004


Hasil analisis Shift-share menunjukkan bahwa selama tahun 2001-2004, nilai PDRB sektoral Provinsi
Sumatera Barat telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh sebesar
3.847 miliar rupiah atau sebesar 16,22 (Tabel 1 dan Tabel 5). Sedangkan perekonomian nasional
(Indonesia) tumbuh sebesar 230.673 miliar rupiah atau sebesar 18,03 persen (Tabel 2 dan Tabel 5).
Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional (Nij), bauran industri (Mij),
dan keunggulan kompetitif (Cij).

Menurut perhitungan komponen pertumbuhan nasional, pertumbuhan ekonomi nasional telah
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat sebesar 4.277 miliar rupiah atau
111,18 persen. Namun, sebenarnya perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Barat hanyalah
sebesar 3.847 miliar rupiah (Tabel 5). Hal ini dikarenakan masih ada dua komponen lain yang
memberikan pengaruh yaitu bauran industri dan keunggulan kompetitif.

Komponen bauran industri menyatakan besar perubahan perekonomian wilayah akibat adanya
bauran industri. Hasil analisis menunjukkan bahwa bauran industri memberikan pengaruh yang
negatif bagi perkembangan perekonomian Provinsi Sumatera Barat, yaitu sebesar -32 miliar
rupiah atau -0,83 persen. Nilai negatif mengindikasikan bahwa komposisi

sektor pada PDRB Provinsi Sumatera Barat cenderung mengarah pada perekonomian yang akan
tumbuh relatif lambat. Pada Tabel 5 dapat dilihat sektor-sektor yang mendapat pengaruh bauran
industri, yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, Sektor
Bangunan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Keuangan. Perhitungan komponen keunggulan kompetitif dilakukan melalui tiga cara. Cara yang
pertama, yaitu menggunakan analisis Shift-share klasik menghasilkan nilai keunggulan
kompetitif (Cij) sebesar -398 miliar rupiah atau -10,35 persen, dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai
ini mengindikasikan bahwa keunggulan kompetitif yang dihasilkan akan mengurangi
perkembangan perekonomian Provinsi Sumatera Barat. Namun demikian bukan berarti bahwa
perekonomian Provinsi Sumatera Barat sama sekali tidak kompetitif. Hal ini karena meskipun
secara agregat nilainya negatif tetapi terdapat sektor yang mempunyai nilai positif, yaitu Sektor
Pertanian dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Cara yang kedua adalah menggunakan
modifikasi Esteban Marquillas. Komponen keunggulan kompetitif yang dihasilkan berasal dari
keunggulan kompetitif dengan unsur

homothetic output (C’ij) dan komponen yang menunjukkan spesialisasi (Aij). Secara agregat
nilai C’ij untuk Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar -767 miliar rupiah dan nilai Aij yang
dihasilkan adalah sebesar 369 miliar rupiah. Hal ini berarti secara agregat Provinsi Sumatera
Barat memang tidak memiliki keunggulan kompetitif, akan tetapi memiliki spesialisasi.

Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar